Apa aturan 15 derajat di kriket?

What is the 15 degrees rule in cricket?

Overarm bowling di kriket disahkan pada tahun 1864. Defisit teknologi biomekanik pada era itu menyulitkan wasit untuk menilai seberapa adil overarm bowl dilepaskan. Penilaian visual wasit adalah panggilan terakhir. Hukum kriket saat itu benar-benar melarang pelenturan lengan saat bowler melepaskan bola.

Baru pada tahun 1990-an tes biomekanik di Inggris mengungkapkan bahwa tidak mungkin untuk melempar tanpa menekuk lengan. Namun, sejauh mana lengan dapat ditekuk dari sendi siku harus ditentukan agar pengiriman yang adil dapat dibedakan dari lemparan.

Pada tahun 2003, sebuah penelitian dilakukan yang melibatkan 130 pemain bowling (campuran perintis dan pemintal) untuk memahami kelenturan siku saat melempar. Akhirnya disimpulkan bahwa jika lengan tertekuk dari sendi siku lebih dari 15 derajat, itu akan dianggap sebagai lemparan.

Berdasarkan hal tersebut, Pasal 3 UU 24 adalah sebagai berikut:
“Sebuah bola diumpankan dengan wajar sehubungan dengan lengan jika, setelah lengan pemain bowling mencapai ketinggian bahu dalam ayunan umpan, sendi siku tidak diluruskan sebagian atau seluruhnya dari titik itu hingga bola lepas dari tangan. Definisi ini tidak boleh menghalangi bowler untuk meregangkan atau memutar pergelangan tangan dalam ayunan pengiriman.”

Saat ini, rata-rata perpanjangan siku untuk persalinan yang sah adalah antara 8 hingga 10 derajat. Perpanjangan paling umum untuk pengiriman yang ditandai sebagai lemparan adalah antara 20 hingga 30 derajat. Aturan 15 derajat dalam kriket dengan demikian memastikan bahwa pemain bowling memberikan mangkuk dengan baik dalam semangat permainan.

Author: Nicholas Griffin